Minggu, 26 Juli 2015

Katakan Cinta "Ramadhan"

Kumandang adzan mulai berkumandang. Mulai mengajak para muslim untuk bergegas ke masjid. Tetapi, malam menjelang solat tarawih pertama saya masih berada di kampus. Bisa-bisanya masih berada di kampus padahal sudah tau bahwa esok akan menjalankan ibadah puasa. Seharusnya sudah bersiap untuk ke masjid menjalankan solat tarawih dan bersiap dengan girangnya menyambut bulan ramadhan. Kenyataan tidak selalu sepaham dengan apa yang selalu diinginkan.

Memang benar, seharusnya hati ini sudah siap untuk menyambut bulan suci ramadhan. Bulan dimana penuh ampunan dari Allah, bulan untuk kembali fitrah, kembali ke jalan Allah. Ada sedikit yang mengganjal di hati saya tentang bulan Ramadhan tahun ini. Seharusnya saya bersyukur, sangat bersyukur masih bisa merasakan nafas dan udara  bulan suci ramadhan. Tetapi, masih ada sedikit. Mungkin hanya sedikit yang membuat hati ini belum siap. Astaghfirullah.

Padahal sebelum puasa, saya mengikuti pengajian dengan berbagai siraman rohani untuk kesiapan jasmani dan rohani menyambut bulan suci ramadhan. Tapi kenapa tetap saja ada yang mengganjal? Jika hanya menahan lapar dan haus, itu memang sudah bagian yang sudah biasa dilakukan diwaktu puasa. Tetap saja, saya masih terheran-heran dengan perasaan ini.

Akhirnya pertanyaan tentang perasaan mengganjal saya masih belum juga bisa terjawab. Sampai akhirnya sudah setengah perjalanan di bulan ramadhan. Tak terasa sudah setengah perjalanan menuju hari fitrah. Tahan lapar dan haus setiap hari selama puasa kuat dilakukan, Alhamdulilah jasmani ini masih bisa diajak untuk kuat berpuasa.
Semakin hari saya semakin bertanya, apa yang kurang di ramadhan tahun ini? Penuh pertanyaan di otak saya. Dan akhirnya saya bertemu kata “cinta” di otak saya. Mungkin menemukan ini tak singkat, tapi ketika menulis ini terkesan singkat. Tak apa.

Saya rasa, ramadhan tahun ini tidak saya imbangi dengan kesiapan matang dan pada akhirnya hanya ramadhan yang tersapu oleh angin. Terbang begitu saja, tanpa mampir dengan memberi makna bagi saya. Sungguh, saya sedih akan hal ini. Pikiran apa yang sedang menggeluti saya ketika itu, yang akhirnya membuat saya tidak konsentrasi dengan ramadhan.  

Mungkin untuk mencintai bulan ramadhan juga perlu kesiapan matang, tetapi ketika kata cinta sudah diikrarkan maka akan tetap berada di hati. Cinta setulus hati akan membawa kesan bermakna di kehidupan ini. Ya, saya butuh cinta untuk ramadhan saya. Tapi, waktu sudah berlalu. Saya tidak bisa memberi cinta kepada Ramadhan yang telah pergi. Tak perlu bersedih, siapa yang tahu akan hari esok? Manusia bisa apa, Tuhan lah yang menentukan semua jalan ini. Manusia hanya menganggukan kepala dan mencoba dengan usahanya untuk terus berada di dekat-NYA. Amin.

Semoga, semoga masih diberi kesempatan untuk merasakan ramadhan yang lebih bermakna. Semoga saja :)

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti kontes ini :), klik disini


-tigasesa-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar